ABORTUS
2.1 Definisi Abortus
Beberapa
ahli mengemukakan definisi mengenai abortus yaitu sebagai berikut:
2.1.1 Berakhirnya masa kehamilan sebelum
anak dapat hidup di dunia
luar (Bagian Obgyn Unpad, 1999). Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau
beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu.
2.1.2 Pengeluaran atau ekstraksi janin
atau embrio yang berbobot 500 gram atau kurang dari ibunya yang kira – kira
berumur 20 sampai 22 minggu kehamilan (Hacker and Moore, 2001).
2.2 Jenis Abortus, Macam
Abortus, Definisi, Tanda dan Gejala
Jenis Abortus
|
Macam Abortus
|
Definisi
|
Tanda dan Gejala
|
Spontan (terjadi dengan sendiri,
keguguran) merupakan ± 20% dari
semua abortus.
|
Abortus
imminens.
Abortus incipiens.
Abortus incompletus.
Abortus completus.
Missed abortion.
Abortus habitualis.
Abortus febrilis.
|
(keguguran mengancam). Abortus ini
baru mengancam dan ada harapan untuk mempertahankan.
(keguguran berlangsung). Abortus
sudah berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi.
(keguguran tidak lengkap). Sebagian
dari buah kehamilan telah dilahirkan tetapi sebgaian (biasanya jaringan
palsneta) masih etrtinggal di rahim.
(keguguran lengkap). Seluruh buah
kehamilan telah dilahirkan lengkap.
(keguguran tertunda). Missed
abortion ialah keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke 22 tetapi
tertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.
(keguguran berulang – ulang). Ialah
abortus yang telah berulang dan berturut – turut terjadi sekurang – kurangnya
3 kali berturut – turut.
Abortus incompletus atau abortus
incipiens yang disertai infeksi.
|
-
Perdarahan per vaginam sebelum minggu ke
20.
-
Kadang nyeri, terasa nyeri tumpul pada
perut bagian bawah menyertai perdarahan.
-
Nyeri terasa memilin karena kontraksi tidak
ada atau sedikit sekali.
-
Tidak ditemukan kelainan pada serviks.
-
Serviks tertutup.
-
Perdarahan per vaginam masif, kadang –
kadang keluar gumpalan darah.
-
Nyeri perut bagian bawah seperti kejang
karena kontraksi rahim kuat.
-
Serviks sering melebar sebagian akibat
kontraksi.
-
Perdarahan per vaginam berlangsung terus
walaupun jaringan telah keluar.
-
Nyeri perut bawah mirip kejang.
-
Dilatasi serviks akibat masih adanya hasil
konsepsi di dalam uterus yang dianggap sebagai corpus allienum.
-
Keluarnya hasil konsepsi (seperti potongan
kulit dan hati).
-
Kontraksi rahim dan perdarahan mereda
setelah hasil konsepsi keluar.
-
Serviks menutup.
-
Rahim lebih kecil dari periode yang
ditunjukkan amenorea.
-
Gejala kehamilan tidak ada.
-
Uji kehamilan negatif.
-
Rahim tidak emmbesar, malahan mengecil
karena absorpsi air ketuban dan macerasi janin.
-
Buah dada mengecil kembali.
-
Gejala kehamilan tidak ada, hanya amenorea
terus berlangsung.
-
Demam kadang – kadang menggigil.
-
Lochea berbau busuk.
|
Abortus provocatus (disengaja,
digugurkan) merupakan 80% dari semua abortus.
|
Abortus provocatus artificialis atau
abortus therapeutics.
Abortus provocatus criminalis.
|
Pengguguran kehamilan dengan alat –
alat dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan membawa maut bagi ibu, misal
ibu berpenyakit berat. Indikasi pada ibu dengan penyakit jantung (rheuma),
hypertensi essensialis, carcinoma cerviks.
Adalah pengguguran kehamilan tanpa
alasan medis yang syah dan dilarang oleh hukum.
|
|
2.3
Etiologi Abortus
2.3.1 Kelainan telur
Kelainan telur menyebabkan kelainan
pertumbuhan yang sedinikian rupa hingga janin tidak mungkin hidup terus,
misalnya karena faktor endogen seperti kelainan chromosom (trisomi dan
polyploidi).
2.3.2 Penyakit ibu
Berbagai
penyakit ibu dapat menimbulkan abortus, yaitu:
1) Infeksi akut yang berat: pneumonia,
thypus dapat mneyebabkan abortus dan partus prematurus.
2) Kelainan endokrin, misalnya
kekurangan progesteron atau disfungsi kelenjar gondok.
3) Trauma, misalnya laparatomi atau
kecelakaan langsung pada ibu.
4) Gizi ibu yang kurang baik.
5) Kelainan alat kandungan:
-
Hypoplasia uteri.
-
Tumor uterus
-
Cerviks yang pendek
-
Retroflexio uteri incarcerata
-
Kelainan endometrium
6) Faktor psikologis ibu.
2.3.3 Faktor suami
Terdapat kelainan bentuk anomali
kromosom pada kedua orang tua serta faktor imunologik yang dapat memungkinkan
hospes (ibu) mempertahankan produk asings ecara antigenetik (janin) tanpa
terjadi penolakan.
2.3.4 Faktor
lingkungan
Paparan dari lingkungan seperti
kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol serta paparan faktor eksogen
seperti virus, radiasi, zat kimia, memperbesar peluang terjadinya abortus.
2.4
Patofisiologi Abortus
Rangsangan pada uterus Lepasnya buah kehamilan Terganggunya psikologis ibu
dari implantasinya
Kontraksi uterus
Kecemasan
Terputusnya pembuluh darah ibu
Defisit knowledge
Prostaglandin
Perdarahan dan nekrose
desidua
Dilatasi
serviks Resiko defisit volume cairan
Kelemahan
Nyeri Resiko gawat janin
Resiko terjadi infeksi
2.5
Penatalaksanaan Abortus
2.5.1 Abortus
imminens
Karena
ada harapan bahwa kehamilan dapat dipertahankan, maka pasien:
1) Istirahat rebah (tidak usah melebihi
48 jam).
2) Diberi sedativa misal luminal,
codein, morphin.
3) Progesteron 10 mg sehari untuk terapi
substitusi dan mengurangi kerentanan otot-otot rahim (misal gestanon).
4) Dilarang coitus sampai 2 minggu.
2.5.2 Abortus
incipiens
Kemungkinan
terjadi abortus sangat besar sehingga pasien:
1) Mempercepat pengosongan rahim dengan
oxytocin 2 ½ satuan tiap ½ jam sebnayak 6 kali.
2) Mengurangi nyeri dengan sedativa.
3) Jika ptocin tidak berhasil dilakukan
curetage asal pembukaan cukup besar.
2.5.3 Abortus
incompletus
1)
Harus segera curetage atau secara digital untuk mengehntikan perdarahan.
2.5.4 Abortus
febrilis
1) pelaksanaan curetage ditunda untuk
mencegah sepsis, keculai perdarahan banyak sekali.
2) Diberi atobiotika.
3) Curetage dilakukan setelah suhu tubuh
turun selama 3 hari.
2.5.5 Missed abortion
1) Diutamakan penyelesaian missed
abortion secara lebih aktif untuk mencegah perdarahan dan sepsis dengan
oxytocin dan antibiotika. Segera setelah kematian janin dipastikan, segera beri
pitocin 10 satuan dalam 500 cc glucose.
2) Untuk merangsang dilatasis erviks
diberi laminaria stift.
2.6
Penyulit Abortus
1) perdarahan hebat.
2) Infeksi kadang-kadang sampai terjadi
sepsis, infeksi dari tuba dapat menimbulkan kemandulan.
3) Renal failure disebabkan karena
infeksi dan shock.
4) Shock bakteri karen atoxin.
5) Perforasi saat curetage
DAFTAR PUSTAKA
Barbara C. Long (1996), Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, The
C.V Mosby Company St. Louis, USA.
Barbara Engram (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah Jilid II Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Donna D. Ignatavicius (1991), Medical Surgical Nursing: A Nursing Process
Approach, WB. Sauders Company, Philadelphia.
Guyton & Hall (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9,
Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad (1994),
Obstetri Patologi, Bagian Obstetri
dan Ginekologi FK Unpad, Bandung.
Hanifa Wikyasastro (1997), Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar